Buletin El Fata
Edisi 11 Jum’at 9 Agustus 2019 / 8 Dzulhijjah 1440 H
Salah satu peninggalan sejarah kehidupan makhluk paling mulia
Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang masih dan akan
terus disaksikan oleh dunia adalah Masjid yang beliau bangun di kota madinah
yang kita kenal dengan nama Masjid Nabawi. Masjid Nabawi yang saat ini kita
lihat berdiri begitu megah, dahulunya hanyalah sebuah bangunan sederhana.
Bagaimana kisah selengkapnya dari perjalanan panjang sejarah masjid ini, mari
kita simak bersama.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membangun Masjid
Nabawi pada bulan Raibul Awal di awal-awal hijarahnya ke Madinah. Pada saat itu
panjang masjid adalah 70 hasta dan lebarnya 60 hasta atau panjangnya 35 m dan
lebar 30 m. Kala itu Masjid Nabawi sangat sederhana, kita akan sulit
membayangkan keadaannya apabila melihat bangunannya yang megah saat ini. Lantai
masjid adalah tanah yang berbatu, atapnya pelepah kurma, dan terdapat tiga
pintu, sementara sekarang sangat besar dan megah.
Keutamaan :
Masjid Nabawi adalah masjid yang dibangun dengan landasan
ketakwaan. Di antara keutamaan masjid ini adalah dilipatgandakannya pahala
shalat di dalamnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا
سِوَاهُ، إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ
“Shalat di masjidku ini lebih utama dari 1000 kali shalat di
masjid selainnya, kecuali Masjid al-Haram.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mimbar Nabi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ
وَمِنْبَرِي عَلَى حَوْضِي
“Antara rumahku dan mimbarku ada taman dari taman-taman surga,
dan mimbarku di atas telagaku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Awalnya Nabi berkhutbah di atas potongan pohon kurma kemudian
para sahabat membuatkan beliau mimbar, sejak saat itu beliau selalu berkhutbah
di atas mimbar. Dari Jabir radhiallahu ‘anhu bahwa dulu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam saat khutbah Jumat berdiri di atas potongan pohon kurma, lalu
ada seorang perempuan atau laki-laki Anshar mengatakan, ‘Wahai Rasulullah,
bolehkah kami membuatkanmu mimbar?’ Nabi
menjawab, ‘Jika kalian mau (silahkan)’. Maka para sahabat membuatkan beliau
mimbar. Pada Jumat berikutnya, beliau pun naik ke atas mimbarnya, terdengarlah
suara tangisan (merengek) pohon kurma seperti tangisan anak kecil, kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendekapnya. Pohon itu terus
‘merengek’ layaknya anak kecil. Rasulullah mengatakan, ‘Ia menagis karena
kehilangan dzikir-dzikir yang dulunya disebut di atasnya’.” (HR. Bukhari),
Roudoh
Raudhah adalah suatu tempat di Masjid Nabawi yang terletak
antara mimbar beliau dengan kamar (rumah) beliau. Rasulullah menerangkan
tentang keutamaan raudhah,
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي قال: “مَا بَيْنَ بَيْتِي
وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الجَنَّةِ، وَمِنْبَرِي عَلَى حَوْضِي
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di
antara taman-taman surga. Dan mimbarku di atas telagaku.” (HR. Bukhari,
No : 1755).
Jarak antara mimbar dan rumah Nabi adalah 53 hasta atau sekitar
26,5 m.
Shuffah
Pada awal-awal hijrah, Shuffah ini merupakan tempat imam dan
shaf pertama di Mesjid Nabawi tatkala mereka berqiblat kearah Baitul-Maqdis
saat itu. Namun ketika qiblat dialihkan ke Ka’bah pada abad ke 2 H, otomatis
shuffah ini tempatnya berubah menjadi bagian masjid paling belakang, bukan lagi
diarah qiblat. Sebab itu, Nabi pun memerintahkan para sahabatnya untuk
membuatkan tempat ini suatu atap dari dedaunan pohon kurma, sebagai tempat
persinggahan kaum miskin yang tidak memiliki tempat tinggal. (Al-Mujtama’ Al-Madaniy Fi ‘Ahdi
Al-Nubuwwah: Akram Dhiyaa Al-‘Umari: hal.90).
Shuffah tidak diketahui luasnya, yang pasti tempat tersebut
cukup untuk ramai orang. Sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
menggunakan tempat tersebut untuk jamuan makan yang menampung lebih kurang 300
orang. Sebagian mereka berada di sisi salah satu kamar isteri-isteri baginda shallallahu
‘alaihi wa sallam yang bersambungan langsung dengan Masjid Nabawi. (HR.Muslim
dalam Shahihnya kitab
an-Nikah, hadits no. 93).
MakamNabi Muhammad SAW
Sebelum Masjid Nabawi diperluas, di situ terdapat makam Nabi Muhammad
yang dulu kamarnya Sayyidah ‘Aisyah rodiyalahu ‘anhu. Setelah masjid ini
diperluas, makam beliau masuk di dalam bangunan masjid yang sekarang berkubah rwarna
hijau. Di situ, terdapat empat pintu yang masing-masing dinamakan Pintu
at-Taubah di kiblatnya, Pintu ar-Raudhah di barat, Pintu Fathimah di timur, dan
Pintu Tahajud di utara. Selain itu, di sini ada pula makam Abu Bakar dan Umar
bin Khattab.(Tempat-Tempat Bersejarah di Tanah Haram. hal.39-41. Solo:Tiga
Serangkai).
Makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap kiblat
kemudian di belakang beliau (dikatakan di belakang karena menghadap kiblat)
terdapat makam Abu Bakar ash-Shiddiq dan posisi kepala Abu Bakar sejajar dengan
bahu Nabi. Di belakang makam Abu Bakar terdapat makam Umar bin Khattab dan
posisi kepala Umar sejajar dengan bahu Abu Bakar. Di zaman Nabi kamar beliau
berdindingkan pelepah kurma yang dilapisi dengan bulu. Kemudian di zaman
pemerintahan Umar bin Khattab dinding kamar ini diperbaiki dengan bangunan
permanen.
Mudah-mudahan sejarah singkat Masjid Nabawi ini semakin
membangkitkan kecintaan kita kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para
sahabatnya, dan Masjid Nabawi itu sendiri. Semoga Allah memudahkan langkah kaki
kita untuk bisa selalu menziarahi masjid nabawi. Amin.