*MUTHOLAAH Vol. 94*
ORANG CERDAS DAN ORANG BODOH
*عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ :*
*((عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى الله الأمانِيَّ))*
*رواه الترمذي*
ARTI
HADITS :
Dari Syaddad bin Aus dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa Salam beliau bersabda:
"Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah". (HR. Tirmidzi no. 2383, dan didalam Jaami'us Shoghir no.6468, sohih).
"Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah". (HR. Tirmidzi no. 2383, dan didalam Jaami'us Shoghir no.6468, sohih).
PENGERTIAN HADITS :
Imam At Tirmidzi berkata :
*وَمَعْنَى قَوْلِهِ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ يَقُولُ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيُرْوَى*
Maksud sabda Nabi "Orang yang mempersiapkan diri" Yaitu orang yang selalu mengoreksi dirinya pada waktu di dunia sebelum di hisab pada hari kiamat”. (Sunan At Tirmidzi no.2383).
Dan telah diriwayatkan dari Umar bin Al Khottob dia berkata :
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا وَيُرْوَى
“Hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum
kalian dihitung dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang
Maha Agung), hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang
selalu menghisab dirinya ketika didunia”. (Sunan
At Tirmidzi no.2383).
Maimun bin Mihran berkata:
لَا يَكُونُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ
"Seorang hamba tidak akan bertakwa hingga dia menghisab dirinya sebagaimana dia menghisab temannya dari mana dia mendapatkan makan dan pakaiannya". (Sunan At Tirmidzi no.2383).
Ibnu 'Arobi mengatakan :"Guru-guru kami selalu
mengkoreksi diri dalam setiap ucapan dan perbuatannya. Mereka mengumpulkan
setiap omongan dan perbuatannya di dalam catatan buku kecil. Sebelum tidur
mereka membukanya dan mentaubatinya serta beristighfar jika itu perbuatan dosa,
akan tapi jika itu perbuatan baik mereka mensyukurinya. Kemudian barulah mereka
tidur”. (Faidhul Qodir hal.86 jil.5).
Islam melihat bahwa kecerdasan sejati itu bukan berarti
pintar dan cerdas otaknya dalam menyelesaikan ujian akademik atau orang yang
mampu menciptakan serta menemukan hal-hal yang baru. Akan tetapi orang yang
cerdas sejati ialah orang yang memikirkan nasibnya ketika setalah mati nanti dan
mempersiapkan kesejahteraan hidupnya disana kelak dari sejak dini.
Sebaliknya orang bodoh adalah “orang yang lupa memikirkan
nasibnya setelah mati nanti”
Kesibukan-kesibukan dunia telah membuatnya terlelap, sehingga lupa akan persiapan mencari bekal untuk perjalanan panjang setelah kematian.
Kesibukan-kesibukan dunia telah membuatnya terlelap, sehingga lupa akan persiapan mencari bekal untuk perjalanan panjang setelah kematian.
Dalam kondisi jauhnya mereka dari ketaatan kepada Allah, anehnya mereka berangan-angan untuk mendapatkan ampunan Allah dan surga-Nya. Hal ini menambah nyata akan kebodohan mereka, dimana seolah mereka tidak mau membayar barang tapi meminta barang.
Beda antar التمني (berangan-angan) dan الرجاء (mengharap). Kalau *التمني* ialah berangan-angan tetapi tidak ada ikhtiar untuk mencapainya. Sedang *الرجاء* sudah mempunyai ikhtiar/usaha kemudian mengharap dengan usahanya ini bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Sifat التمني merupakan sifat tercela dan الرجاء adalah sifat terpuji. (Faidhul Qodir hal.86 jil.5).
Kehidupan setelah mati ternyata lebih penting daripada kehidupan dunia. Disana lebih banyak membutuhkan bekal dan energi untuk mendapatkan kesejahteraan hidup.
Boleh kita katakan, tidak mendapatkan bagian nikmat di dunia tidaklah masalah, asalkan bisa mendapatkan kenikmatan di akhirat, karena _kenikmatan akhirat adalah kenikmatan yang hakiki dan kekal.
Terakhir, hidup didunia tidak lama, mari kita menjadi orang
cerdas, mampu mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan yang
abadi. Jangan sampai kita terpedaya oleh dunia yang hina ini. Kita sama- sama
berdoa dan memohon kepada Allah supaya diberikan kekuatan untuk beramal sholeh
dan menjahui segala beban dosa.
-*MT AS SAKINAH*-
Kunjungi :
- # fb : Taklim As Sakinah
- # Gmail : jauharulfoundation@gmail.com
Latinnya kak
BalasHapus