Minggu, 03 Februari 2019

TIDAK ADA BALAS DENDAM


*MUTHOLAAH VOL.110*


“TIDAK ADA BALAS DENDAM”



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ :
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
))أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ((
رواه الترمذي و أبو داود. صحيح

ARTI HADITS :

Dari Abu Hurairah ia berkata :
Nabi Shlallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

“Tunaikanlah amanat kepada orang yang memberi kepercayaan kepadamu dan janganlah engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu”.

[HR. At Tirmidzi dan Abu Dawud, sohih].



PENJELASAN  HADITS :

Asy Syaikh al Mubarakfuri rahimahullah berkata, “(Amanah) adalah segala sesuatu yang mewajibkan engkau untuk menunaikannya”. [Tuhfatul Ahwadzi Syarh Jami’ at Tirmidzi (4/400)].

Kalimat yang dipakai dalam hadits ini berupa kalimat perintah أد “( Tunaikanlah !)”, yang memberikan makna wajib atau keharusan. Jadi, menunaikan amanah kepada yang berhak adalah “sebuah kewajiban”, jika tidak ditunaikan maka akan tetap menjadi *tanggungan hutang* yang berakibat dosa besar.

Al Qurtubi mengatakan :  “Menjaga amanah memberikan efek kesempurnaan iman. Apabila iman mengalami penurunan, maka sifat amanah juga akan mengalami  penurunan, jika iman bertambah maka bertambah pula sifat amanah”. (Fiadul Qodir, hal. 288, jilid. 1). 

Hal yang senada juga disampaikan oleh Roaulullah saw : 
 قال أنس :
 خَطَبَنَا نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إلا قال :
 لاَ إِيْـمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَـةَ لَهُ، وَلاَ دِيْـنَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَـهُ

“Tidaklah Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah kepada kami, kecuali pasti beliau bersabd : “Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki (sifat) amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janjinya”. [ HR. Ahmad, sohih].

Hadits ini memberikan pelajaran berharga kepada kita, yaitu tidak boleh balas dendam dari keburukan yang orang lain telah lakukan kepada kita.  Jika tidak ada dendam maka “yang ada adalah melonggarkan dan memaafkan”.   Memaafkan adalah sifat yang amat sangat terpuji.  Jangan pernah merasa hina jika memaafkan. “Memaafkan adalah sebuah kemulyaan” yang tiada tara besarnya.

Nabi saw bersabda : 
وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
“Dan tidaklah Allah menambah seorang hamba karena memaafkan kecuali kemuliaan”. dan tiada seorang yang rendah hati (tawadhu’) karena Allah melainkan diangkat oleh Allah drajatnya”. [HR. Muslim].

Jaminan rumah khusus di surga yang Allah sediakan untuk orang orang yang suka memaafkan. 

*مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ الْبُنْيَانُ ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ ، وَلْيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ ، وَلْيَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ*
“Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangunan di Surga, “hendaknya ia memafkan orang yang mendzaliminya”. memberi orang yang bakhil padanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya”. [HR. Thabrani].


-MT AS SAKINAH-
Kunjungi :

# FB : Taklim As Sakinah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar